SPBU Pertamina |
“Kenapa kita ambil 90. Kita lihat kemampuan kita (Pertamina). Kita kan masih punya produksi BBM RON 88 di kilang, seperti Balongan, Cilacap, Plaju dan lainnya. Kan enggak mungkin kaya sulap tahu-tahu bisa jadi BBM RON 92,” ungkapnya.
Memang lebih bagus kalo langsung memakai Pertamax RON 92. Kayak rekomendasi dari Tim Reformasi Tata Kelola Migas. “Kita masih punya stok impor BBM 88 hingga 6 bulan kedepan. Namun karena dibayar Pemerintah dikoreksi 1,48 persen dari MoPS (Means of Platt Singapore), maka minus atau dipotong harga tersebut,” katanya lagi.
MoPS adalah harga acuan yang digunakan sebagai bagian dari formulasi dalam menentukan harga jual BBM di Indonesia. Formula perhitungannya adalah harga MoPS + Alpha (Nilai yang ditentukan oleh DPR RI, ditambah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).
Pertalite rupanya menjadi strategi bisnis baru bagi Pertamina. Terutama bagi pengguna kendaraan yang ingin bahan bakar yang kualitasnya lebih baik dari Premium, tapi terasa terlalu mahal kalo beli Pertamax. “Ini murni bisnis, varian baru. Kita ingin punya produk yang sesuai requirement pasar. Kita juga mengundang Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) dan AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), dari sisi produsen agar requirement-nya terpenuhi. Optimum requirement-nya RON 90,” ucap Iskandar pada gelaran Diskusi Energi Kita (19/04).
Pertalite akan dipasarkan pertama kali di Jakarta. Khususnya di Jakarta Pusat. “Kita akan sosialisasi terlebih dahulu. Terkait dengan performance produk, harga dan lain sebagainya. Disparitas harga terkait distribusi nantinya akan diupayakan sama. Pulau Jawa sudah sama semua, kita kan sudah pipanisasi,” lanjutnya.
Diakui oleh Iskandar, kecenderungan masyarakat untuk menggunakan BBM dengan oktan diatas 88 terus meningkat, terlebih setelah BBM Premium tak lagi disubsidi Pemerintah. “Triwulan pertama 2015, permintaan BBM Premium turun 5 persen. Sedangkan BBM Pertamax naik hingga 300 persen,” sebut Iskandar.
Pengadaan Pertalite
Untuk pengadaan Pertalite, "65% nya impor kemudian 35% nya didatangkan dari kilang-kilang milik Pertamina di dalam negeri,” kata Pak Iskandar ini. Pertamina juga akan memanfaatkan bahan yang ada buat diolah menjadi Pertalite. Sistemnya dinamakan Optimasi Blending.Sistem ini juga bermanfaat agar kuota impor BBM nggak bertambah dengan adanya Pertalite ini. “Iya, ini merupakan bagian dari langkah kita untuk me-reduce impor BBM RON 88. Kita sudah komitmen untuk memakai ketersediaan yang ada. Bulan Juni kesana sudah mulai mengurangi impor BBM RON 88 ke 92 (Pertamax),” lanjutnya, ketika ditemui pada gelaran Diskusi Energi Kita.
Gimana dengan dispenser SPBU? Dispensernya sendiri juga akan memanfaatkan dispenser yang ada. Kemungkinan sebagian dispenser Premium akan dialihkan ke Pertalite. “Untuk dispenser kita Kita manfaatkan dispenser yang ada. Mungkin pompa Premium dan Pertamax akan dikurangi, kemudian diganti dengan dispenser Pertalite. Penyebaran Pertalite untuk bulan Mei dilakukan untuk wilayah Jakarta Pusat dulu. Untuk penyebaran lebih luas lagi, kita terus terang sedang menyiapkan road map-nya. Tentunya disertai dengan sosialisasi,” tutup Iskandar.
Sumber artikel : otomotifnet.com
No comments:
Post a Comment